 |
| Ilustrasi AHY-SBY (Dendri/Inilah.com) |
humorberita.com - Kocak dunia politik Tanah Air. Konsistensi tak terjaga. Sebelumnya pendukung Jokowi menolak pilkada berbau dinasti politik, kini melegalkan dinasti politik.
Hal ini terjadi pada kasus pencalonan Gibran sebagai wali kota Solo. Diketahui Gibran anak Jokowi diusung oleh partai penguasa pemerintah, khususnya PDIP.
Pengusungan Gibran diduga berbau dinasti politik ketimbang saat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) direstui SBY maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2012.
Saat itu pendukung Jokowi ramai-ramai menuding Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang membangun dinasti politik. Sikap SBY pun dikecam waktu itu di saat pendukung Jokowi mencalonkan Ahok.
Tak lepas Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pun mengkritik gaya politik SBY. Termasuk partai-partai pendukung lainnya, seperti Partai Solidaritas Indonesia.
Padahal kalau mau perbandingan. Saat AHY maju di Pilgub DKI Jakarta, bapaknya SBY tak lagi sedang menjabat presiden. Sementara Gibran maju di Pilkada Solo, bapaknya sedang menjabat presiden.
Terlebih saat pencalonan Gibran sebetulnya sudah ada calon Purnomo yang disetujui oleh DPC PDIP Solo. Namun, Gibran berhasil "merayu" mendapatkan rekomendasi dari PDIP Jawa Tengah dan Pusat.
Purnomo pun tersingkir. Untuk meredam kekecewaan itu, Purnomo diundang Jokowi ke Istana untuk diberikan imbalan balik atas tidak jadinya menjadi calon wali kota Sola. Walaupun sehari kemudian Purnoma membantah ditawari jabatan oleh Jokowi.
Realitas politik Solo terlihat jelas aroma dinasti politik yang kuat. Apalagi pernyataan Gibran jauh sebelumnya tidak akan terjun politik dan bahkan mengatakan dinasti politik itu merugikan rakyat. Tapi apa yang terjadi sekarang? Semua tutup mata.
Namun, netizen di media sosial tidak buta. Mereka kan banyak memberikan sindiran terhadap perpolitikan tanah air.
"Ternyata kata DINASTI politik itu hy berlaku utk keluarga SBY. Tidak berlaku untuk keluarga Jokowi," ujar netizen dengan akun Twitter @ChristWamena, 18 Juli 2020. Wakakak.