Keren, Pria Ganteng Ini Mundur dari Kursi Kekuasaan di Bulan Ramadan



KISAH-NYATA - Aku seorang duda berusia 53 tahun. Hidupku terasa hampa. Sejak ditingggal istri meninggal, rumah tanggaku bagaikan sayur tanpa garam. Anak-anakku menjadi penghibur ketiadaan istriku. Bahkan banyak keluarga menyaranku untuk menikah lagi.

Tapi itu hanya banyak permintaan orang. Hatiku masih untuk istriku tercinta. Tawa canda anak-anak dapat mengobati kerinduanku kepada istriku.

Kekosongan hatiku, aku isi dengan kegiatan diskusi dan mengajar. Sesekali berkontemplasi merenungi perjalanan hidupku ini. Aku perlahan bangkit dan menjadi pembicara di kancah nasional dengan intelektual yang kumiliki.

Dalam setahun ini, aku diberi amanah tugas baru. Bekerja di lingkaran istana. Tugasnya berat untuk memberikan dan membumikan nilai-nilai Pancasila di tanah air. 

Aku kembali bangkit dan tegar menjalani hidup ini. Tugas baru ini menjadi spirit, energi, dan motivasi baru dalam menjalani hidup ini. Apalagi tugas yang baru ini merupakan bagian dari diskursus dalam perkembangan intelektualitas yang aku miliki.

Aku sangat menyukai dengan nilai-nilai Pancasila. Meski aku tak diberi gaji dan otoritas eksekusi, aku terus menjalaninya hingga satu tahun terakhir. Aku perkenalkan tujuan membumikan Pancasila ini ke pelosok tanah air.

Namun, dalam perjalanan dengan tugas baru itu, apalagi ada perubahan nama lembaga, kehadiranku makin tak ada. Atau bisa dibilang otoritasku terbatas. Kehidupanku seperti ada, tapi tidak ada.

Tampaknya, lembaga yang sedang bertranformasi ini, aku lebih baik mundur dan memberikan kesempatan kepada tunas-tunas baru yang akan memimpin lembaga ini. Aku mohon maaf, pamit dari kursi empuk ini.